Artikel Awam
June 05, 2025
Clean Air and Healthy Lungs
Apakah itu polusi udara?
Kontaminasi udara lingkungan disebabkan oleh berbagai macam zat polutan seperti gas, partikel, senyawa kimia, dan agen biologis yang berbahaya bagi manusia, hewan, serta tumbuhan. Polutan udara yang umumnya diukur meliputi PM 2.5, PM 10, ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan sulfur dioksida (SO2). Secara global, paparan polusi udara menjadi salah satu penyebab utama kematian atau disabilitas, dengan sebagian besar kasus terkait penyakit jantung paru, kanker paru-paru, serta diabetes tipe 2.1
Sumber polutan udara berasal dari berbagai aktivitas manusia dan alam. Beberapa sumber utama polusi udara meliputi1:
- Emisi Kendaraan Bermotor: Asap dari kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar, menghasilkan polutan seperti PM 2.5, NO2, dan CO.nggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar, menghasilkan polutan seperti PM 2.5, NO2, dan CO.
- Industri dan Pabrik: Proses industri, terutama yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil, menghasilkan polutan seperti PM 10, SO2, NO2, dan partikel-partikel berbahaya lainnya.
- Pembakaran Sampah: Pembakaran terbuka sampah rumah tangga, plastik, atau bahan kimia melepaskan zat berbahaya ke udara.
- Pembangkit Listrik: Pembangkit listrik yang menggunakan batubara, minyak, atau gas alam menghasilkan polusi udara, termasuk SO2, NO2, dan CO2.
- Kebakaran Hutan: Kebakaran hutan, baik yang terjadi secara alami atau disengaja, menghasilkan asap yang mengandung PM 2.5, CO, dan senyawa organik berbahaya.
- Aktivitas Pertanian: Penggunaan pupuk kimia, pestisida, serta proses pembusukan limbah ternak dapat melepaskan metana (CH4) dan amonia (NH3) ke udara.
- Proses Alamiah: Selain aktivitas manusia, sumber alam seperti gunung berapi, debu gurun, dan serbuk sari juga dapat menyebabkan pencemaran udara.
Tabel 1. Kadar polutan yang ditetapkan oleh WHO pada tahun 2021
Pedoman kualitas udara yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021 menandai langkah penting dalam menghadapi ancaman polusi udara yang terus meningkat dan semakin membahayakan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Polusi udara telah lama diketahui sebagai faktor risiko utama berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, penyakit paru-paru, kanker paru-paru, serta diabetes tipe 2. Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah yang menunjukkan dampak polusi udara terhadap kesehatan, WHO merasa perlu memperbarui pedoman ini guna mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh paparan jangka panjang terhadap polutan.1
Kelompok orang yang rentan terhadap polusi udara adalah ibu hamil, anak-anak, orang duasa, dan orangtua. Pada sistem pernapasan, peningkatan kematian, rhinitis, asma, pneumonia, COPD (penyakit paru obstruktif kronis), dan kanker paru-paru dapat muncul sebagai efek negatif terhadap paru-paru. Gangguan metabolisme, seperti resistensi insulin, diabetes tipe 1 dan 2, serta perubahan metabolisme tulang juga dapat muncul, yang mempengaruhi kesehatan metabolik seseorang. Sistem kardiovaskular juga rentan terhadap peningkatan tekanan darah, disfungsi endotelial, peningkatan pembekuan darah, dan peradangan sistemik. Hal ini dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular lebih parah seperti infark miokard (serangan jantung), aritmia jantung, dan gagal jantung. Otak dan sistem saraf pusat dapat terpengaruh oleh iskemia serebral, masalah perkembangan neurologis, kesehatan mental, dan gangguan neurodegeneratif. Selain itu, kulit mungkin mengalami penuaan dini, sementara pada sistem reproduksi dan janin, risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan preeklamsia menjadi lebih tinggi. Kualitas sperma juga dapat menurun, memengaruhi kesuburan pria. Secara keseluruhan, berbagai sistem tubuh dapat terpengaruh dengan risiko meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat faktor-faktor kesehatan ini.2
Polusi dan ASMA
Paparan polutan seperti PM, NO2, ozon, dan karbon, serta polusi udara terkait lalu lintas kendaraan bermotor, dikaitkan dengan peningkatan jumlah eksaserbasi, rawat inap, dan kematian pada pasien asma. PM 2.5 dapat mengiritasi saluran nafas, dan menyebabkan mengi, penyempitan bronkus, dan peningkatan lendir saluran nafas.3
Polusi dan PPOK
Paparan partikel materi (PM) di lingkungan perkotaan secara signifikan menurunkan viabilitas sel serta meningkatkan stres oksidatif dan tingkat autophagy pada sel epitel bronkus manusia. Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya hubungan positif antara polutan udara dengan peningkatan kejadian penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), di mana paparan polusi udara jangka panjang berkorelasi dengan gangguan fungsi paru-paru. Selain itu, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan paparan gas seperti nitrogen dioksida (NO2), nitrogen monoksida (NO), dan karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan risiko kekambuhan atau eksaserbasi pada penderita PPOK, sementara paparan ozon (O3) dikaitkan dengan gejala sesak napas serta peningkatan aliran ekspirasi.3
Polusi dan Infeksi
Risiko infeksi paru-paru, seperti pneumonia dan bronkiolitis, meningkat secara signifikan akibat paparan polusi udara, terutama pada anak-anak. Anak-anak cenderung lebih rentan dibandingkan orang dewasa karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sepenuhnya berkembang, ukuran saluran udara yang lebih kecil, laju pernapasan yang lebih tinggi, serta paparan polusi udara pada saluran pernapasan bagian bawah dalam jangka waktu yang lebih lama. Sebuah studi menunjukkan bahwa peningkatan paparan PM2,5 dan PM10 sebesar 10 μg/m³ selama tiga hari terbukti berhubungan dengan peningkatan angka rawat inap akibat pneumonia masing-masing sebesar 0,31% dan 0,19%.5
Polusi dan Kanker Paru
Senyawa iritan yang terdapat dalam udara yang berpolusi dapat memicu peradangan dan inflamasi pada jaringan paru-paru. Paparan terus-menerus terhadap polutan ini menyebabkan kerusakan kronis pada sel-sel paru, yang mengganggu fungsi pernapasan secara bertahap. Seiring waktu, kerusakan ini dapat mempercepat mutasi seluler, yang berpotensi mengganggu mekanisme regenerasi normal sel. Akibatnya, mutasi ini dapat berkembang menjadi kanker paru-paru, di mana sel-sel abnormal tumbuh secara tidak terkendali dan menyebar, memperburuk kesehatan secara keseluruhan dan meningkatkan risiko mortalitas.6
Polusi Udara pada Kehamilan
Paparan polutan udara selama kehamilan dapat mengganggu perkembangan janin dan menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, kelainan bawaan, serta kematian intrauterin dan perinatal. PM 2.5 dapat masuk ke dalam saluran nafas dan sirkulasi darah, serta dapat menembus plasenta sehingga menyebabkan gangguan pada janin.7
Outcome kehamilan akibat polusi udara:
- Kelahiran premature
- Berat badan lahir rendah
- Hambatan pertumbuhan janin
- Anomali kongenital
- Keguguran
- Kematian intrauterin
- Janin lahir mati
Upaya Adaptasi dan Mitigasi Masyarakat pada Polusi8:
Kemenkes telah merilis protokol kesehatan pencegahan polusi udara 6M dan 1S:
- Memeriksa kualitas udara melalui aplikasi atau website.
- Mengurangi aktivitas luar ruangan dan menutup ventilasi rumah/kantor/sekolah/tempat umum di saat polusi udara tinggi.
- Menggunakan penjernih udara dalam ruangan
- Menghindari sumber polusi dan asap rokok
- Menggunakan masker
- Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Segera konsultasi daring/luring dengan tenaga kesehatan jika muncul keluhan pernapasan
Pentingnya menggunakan masker medis, terutama untuk melindungi dari partikel polutan halus PM 2,5. Masker respirator seperti N95 dan N94 memiliki efisiensi tinggi, yakni 60-80%, dalam menyaring partikel tersebut. Masker kain dan masker medis standar, meskipun lebih mudah didapat, memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah, yaitu sekitar 25-60% terhadap partikel PM 2,5. Penggunaan masker yang tepat sangat dianjurkan untuk melindungi diri dari polusi udara dan partikel berbahaya, terutama di lingkungan dengan tingkat polusi yang tinggi.8
Penggunakan masker yang benar juga penting dalam mencegah penyakit paru akibat polusi.Beberapa contoh kesalahan, seperti masker berada di bawah hidung, masker hanya menutupi ujung hidung, masker longgar di samping, membiarkan dagu terbuka, serta menarik masker ke bawah leher. Di samping contoh-contoh kesalahan tersebut, ditampilkan juga cara yang benar memakai masker, yaitu dengan menutupi seluruh hidung dan dagu tanpa ada celah di samping.8
Dua poin penting terkait penggunaan masker adalah:
- Penggunaan masker kain maksimal 4 jam.
- Ganti masker ketika mulai basah.
Penjernih Udara dalam ruangan/ Air Purifier
Efektivitas sebuah alat penjernih udara sangat bergantung pada beberapa faktor, seperti ukuran ruangan, jenis filter yang digunakan, kecepatan penyaringan udara, serta kadar polutan di dalam ruangan. Penggunaan HEPA filter, misalnya, terbukti mampu mengurangi partikel berbahaya seperti PM 2,5 sebanyak 20-50%. PM 2,5 adalah partikel polusi udara yang sangat kecil dan berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi sistem pernapasan. Oleh karena itu, memilih alat dengan spesifikasi dan filter yang sesuai sangat penting untuk memastikan kualitas udara yang lebih bersih dan sehat.8
Melaksanakan Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS meliputi menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan secara teratur, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Dengan menerapkan PHBS, risiko penyakit yang dapat dipicu oleh paparan polusi udara, seperti gangguan pernapasan atau infeksi, dapat diminimalkan. Upaya ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga berkontribusi terhadap kebersihan dan kesehatan masyarakat secara umum.9
Segera Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan
Jika mengalami masalah pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau gejala lain yang terkait dengan polusi udara, seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, atau iritasi pada hidung dan tenggorokan, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Langkah ini dilakukan agar masalah tersebut dapat didiagnosis dan tertangani sedini mungkin, sehingga mencegah komplikasi lebih lanjut yang mungkin muncul. Menunda penanganan dapat memperburuk kondisi kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, atau mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan kronis. Selain itu, mendapatkan saran medis juga penting untuk mengetahui langkah-langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat guna mengatasi efek buruk dari paparan polusi udara.8
Upaya mengurangi polusi udara
Untuk menjaga lingkungan, ada beberapa langkah penting yang dapat diambil, yaitu tidak membakar sampah sembarangan, mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil, melakukan penanaman pohon, serta mengurangi pembakaran hutan. Selain itu, menghemat penggunaan listrik juga merupakan tindakan yang efektif dalam mengurangi jejak karbon dan menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Semua upaya ini saling berkaitan dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.8
Daftar Pustaka:
- https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/what-are-the-who-air-quality-guidelines
- De Paula Santos1 U, Abdo Arbex2,3 M, Ferreira Braga3,4 AL, Futoshi Mizutani5 R, Delfini Cançado6 JE, Terra-Filho7 M, et al. Environmental air pollution: respiratory effects. J Bras Pneumol. 2021 Feb 28;e20200267.
- Ko UW, Kyung SY. Adverse Effects of Air Pollution on Pulmonary Diseases. Tuberc Respir Dis. 2022 Oct 1;85(4):313–9.
- Cao Y, Chen M, Dong D, Xie S, Liu M. Environmental pollutants damage airway epithelial cell cilia: Implications for the prevention of obstructive lung diseases. Thoracic Cancer. 2020 Mar;11(3):505–10.
- Lu C-Y, Lin J-M, Chen Y-Y, Chen Y-C. Building-related symptoms among office employees associated with indoor carbon dioxide and total volatile organic compounds. Int J Environ Res Public Health 2015; 12: 5833–5845
- https://acsjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.3322/caac.21632
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7183911/
- http://p2p.kemkes.go.id
- https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/terapkan-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs-untuk-hadapi-dampak-penurunan-kualitas-udara
Recent Post
26 Jun 2025
05 Jun 2025
27 May 2025
28 May 2025
26 Jun 2025
93 Views