Artikel Awam
June 28, 2025
PPOK: Mengapa Perokok Rentan dan Apa yang Harus Dilakukan?
PPOK: Mengapa Perokok Rentan dan Apa yang Harus Dilakukan?
dr. Mira Yulianti, Sp.PD-KPMK
Apa itu PPOK?
Berdasarkan pedoman GOLD 2025, PPOK didefinisikan sebagai gangguan aliran udara yang persisten dan tidak sepenuhnya dapat dipulihkan dengan karateristik gejala pernapasan kronik seperti sesak, batuk, produksi dahak dan/atau eksaserbasi.
Penyebab dan Faktor Risiko PPOK
PPOK disebabkan oleh interaksi gen dan lingkungan yang terjadi selama hidup seseorang yang dapat merusak paru-paru dan/atau merubah saluran pernapasan normal.
1. Paparan Lingkugan
Penyebab utama paparan lingkungan adalah merokok (rokok biasa dan vaping) atau menjadi perokok pasif. Risiko penyakit PPOK meningkat seiring dengan lamanya seseorang terpapar asap rokok. Selain itu, inhalasi partikel atau gas berbahaya dari polusi udara, baik di luar ruangan maupun di dalam rumah juga meningkatkan risiko PPOK. Faktor risiko lainnya ialah bekerja di lingkungan yang terpapar debu, bahan kimia, atau asap industri.
2. Genetik
Beberapa orang memiliki kecenderungan genetik yang menyebabkan berkurangnya efektivitas fungsi paru dan meningkatkan risiko mereka terhadap PPOK, meskipun ini jarang terjadi.
3. Infeksi
Infeksi saluran pernapasan, baik virus maupun bakteri, dapat memicu eksaserbasi dan memperburuk gejala PPOK. Infeksi ini dapat menyebabkan peningkatan peradangan di saluran napas dan memperburuk terbatasnya aliran udara yang sudah ada. Infeksi yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat memicu berkembangnya PPOK akibat kerusakan yang terjadi saat infeksi. Infeksi yang sering dikaitkan dengan PPOK ialah tuberculosis dan HIV.
4. Perkembangan Paru Abnormal dan Asma
Faktor-faktor yang terjadi pada awal kehidupan, termasuk kelahiran premature, berat badan lahir rendah, adanya riwayat asma sejak kecil, serta gangguan perkembangan paru-paru lainnya, dapat berkontribusi pada peningkatan risiko PPOK di kemudian hari. Kondisi-kondisi tersebut cenderung mengalami penurunan fungsi paru sejak dini, meskipun gejala sering kali baru terlihat pada usia yang lebih tua.
Gejala PPOK yang Perlu Diketahui
Gejala PPOK berkembang secara perlahan dan dapat bervariasi antara individu. Beberapa gejala umum yang sering muncul adalah:
· Batuk kronis yang dapat/tidak disertai dahak
· Sesak napas yang progresif dan persisten terutama setelah aktivitas fisik ringan.
· Napas berbunyi atau mengi
· Kelelahan, yang sering muncul akibat tubuh yang kekurangan oksigen.
Risiko dan Komplikasi yang Bisa Timbul
Jika tidak ditangani dengan baik, PPOK dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, antara lain:
· Gagal napas yang terjadi ketika paru-paru tidak lagi mampu menyediakan oksigen yang cukup untuk tubuh.
· Komplikasi jantung, seperti gagal jantung kanan, yang terjadi akibat paru-paru yang tidak dapat berfungsi dengan optimal.
· Penurunan kualitas hidup, di mana penderita PPOK akan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, naik tangga, atau bahkan berbicara.
Diagnosis PPOK
Untuk mendiagnosis PPOK, dokter biasanya melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
· Tes fungsi paru (spirometri) untuk melihat adanya obstrukksi saluran udara dengan hasil yang menunjukkan FEV1/FVC setelah pasien diberikan bronkodilator dibawah 0,7. Seseorang dengan gejala pernapasan seperti ppok tanpa disertai adanya hasil spirometri yang positif disebut Pra-PPOK.
· Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-paru secara lebih jelas sepert adanya gas trapping dan/atau hiperinflasi.
· Tes darah untuk memeriksa kadar oksigen dalam tubuh.
Pentingnya Deteksi Dini
PPOK sering kali tidak terdeteksi pada tahap awal. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting agar pengobatan dapat dilakukan lebih cepat dan mengurangi dampaknya. Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti batuk kronis atau sesak napas, segera konsultasikan dengan dokter.
Pengobatan dan Penanganan PPOK
Terapi PPOK bertujuan untuk mengurangi gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Terapi ini terdiri dari farmakologis (dengan obat-obatan) dan non-farmakologis (tanpa obat-obatan). Berikut adalah panduan terapi berdasarkan GOLD 2025:
1. Terapi Non-Farmakologis
- Berhenti merokok, merokok atau paparan partikel/gas berbahaya merupakan penyebab utama PPOK, dan satu-satunya intervensi yang dapat memperlambat laju penurunan fungsi paru adalah berhenti merokok (smoking cessation) atau mengurangi paparan partikel/gas berbahaya tersebut. Ini adalah langkah pertama yang paling penting dalam pengelolaan PPOK.
- Vaksinasi sebagai bentuk perlindungan dari infeksi saluran pernapasan yang akan memperburuk keadaan fungsi paru-paru bagi individu yang berisiko.
- Olahraga dan aktivitas fisik secara teratur
2. Terapi Farmakologis
- Inhalasi kortikosteroid sebagai pengobatan utama untuk mengurangi peradangan saluran napas terutama pada pasien dengan eksaserbasi berulang atau yang memiliki kormobiditas asma.
- Bronkodilator merupakan obat yang mengendurkan otot saluran napas, membuka saluran udara, dan mempermudah pernapasan. Terapi bronkodilator diberikan bersamaan dengan inhaler/inhalasi kortikosteroid untuk mengurangi gejala sesak napas.
- Antibiotik diberikan bila ada infeksi yang memicu perburukan PPOK/eksaserbasi.
- Terapi oksigen untuk memperbaiki kondisi kekurangan oksigen yang sering terjadi pada PPOK.
Pencegahan PPOK
1. Berhenti Merokok dan Menghindari Paparan Asap Rokok
Langkah utama dalam pencegahan PPOK adalah berhenti merokok. Menghindari paparan asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif, juga sangat penting. Menghentikan kebiasaan merokok adalah cara paling efektif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada paru-paru.
2. Menjaga Kebersihan Udara dan Lingkungan
Selain itu, menjaga kebersihan udara di lingkungan rumah dan tempat kerja juga dapat mengurangi risiko. Menghindari polusi udara, seperti asap kendaraan atau asap pabrik, serta memastikan ventilasi yang baik di rumah, dapat membantu menjaga kesehatan paru-paru.
3. Melakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Aktivitas fisik secara teratur, seperti berjalan, berlari, bersepeda, atau berenang, membantu paru-paru untuk bekerja lebih efisien. Ketika kita bergerak, tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen, yang mendorong paru-paru untuk memompa udara lebih banyak dan lebih cepat. Ini akan mengoptimalkan fungsi paru-paru, sehingga membantu dalam peningkatan kapasitas pernapasan.
Disarankan untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya 30 menit per hari, 5 hari dalam seminggu. Namun, penting untuk memulai secara bertahap, terutama bagi mereka yang baru mulai berolahraga atau penderita PPOK pada tahap awal.
Referensi:
· Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2025). Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (2025 Report). Available at: https://goldcopd.org.
· GOLD 2025 Pocket Guide: Diagnosis and Management of COPD. Available at: https://goldcopd.org/wp-content/uploads/2024/11/Pocket-Guide-2025-v1.0-New-Format-15Nov2024_WMV.pdf.
· World Health Organization (WHO). (2024). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Diakses dari: https://www.who.int
· Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Diakses dari: https://www.cdc.gov
Recent Post
28 Jun 2025
28 Jun 2025
27 May 2025
28 May 2025
26 Jun 2025
33 Views